Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Lombok Timur, H. Fathurrahman saat memberikan keterangan pada media (foto/istimewa) 


SUARANUSRA.COM – Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Lombok Timur, H. Fathurrahman, menegaskan bahwa praktik pernikahan dini yang masih marak di wilayahnya merupakan salah satu penyebab utama masalah stunting. 

Di menyebut fenomena ini sebagai "bom waktu" yang mengancam kualitas generasi mendatang jika tidak segera dikendalikan.

Dalam pernyataannya hari ini, Jumat (13/6), Fathurrahman menjelaskan kaitan langsung antara pernikahan usia muda di bawah 20 tahun dengan risiko stunting pada bayi yang dilahirkan.

"Anak yang menikah di bawah usia 20 tahun itu sistem reproduksinya belum matang. Kalau hamil, risikonya tinggi, dan itu bisa berdampak pada kondisi bayi yang dilahirkan," katanya. Jumat (13/06/2025) 

Masih kata dia, pernikahan dini seringkali luput dari perhatian, padahal dampaknya terhadap kualitas generasi ke depan sangat serius.

Fathurrahman mengingatkan bahwa stunting bukanlah masalah yang berdiri sendiri dan tidak mungkin diselesaikan hanya oleh sektor kesehatan. 

"Ini bom waktu. Kalau tidak dikendalikan, angka stunting akan sulit ditekan," tegasnya. 

Dari itu, dia menekankan urgensi penanganan. "Stunting itu bukan hanya soal gizi. Ada faktor sanitasi, akses pelayanan, pendidikan, ekonomi, hingga budaya yang ikut berperan," imbuhnya. 

Meskipun diakui, pihaknya telah melakukan berbagai upaya maksimal, seperti promosi kesehatan, edukasi masyarakat, serta menggandeng puskesmas dan media lokal untuk menyosialisasikan pentingnya gizi dan kesehatan ibu-anak, Fathurrahman menegaskan bahwa beban ini tidak bisa dipikul oleh pihaknya saja. 

"Kami sudah jalankan tugas kami. Tapi kalau semua beban dilempar ke Dinkes, ya berat. Ini tugas bersama," paparnya. 

Ia pun mengimbau seluruh pihak untuk turun tangan. "Asupan gizipun tidak bisa hanya ditangani orang kesehatan. Edukasi dari tokoh agama dan desa sangat penting, " tekan dia. 

Dirinya pun meminta kolaborasi dari pemerintah desa, tokoh agama, hingga organisasi masyarakat.

Pendekatan yang diusulkannya adalah konvergensi, di mana seluruh pemangku kepentingan bergerak bersama secara terkoordinasi. "Gerak bareng, satu arah, satu tujuan. Itu baru efektif," harapnya. 

Meski mendorong kolaborasi lintas sektor, dia menegaskan komitmennya untuk tetap fokus pada bidang kesehatan. "Kalau di luar kesehatan, saya tidak komentar. Saya ikut saja alurnya," tandasnya. (SN/01)