SUARANUSRA.COM – Islamic Relief Indonesia mempresentasikan model inovatif pengentasan kemiskinan ekstrem yang didanai dana zakat senilai lebih dari Rp20 miliar, dalam sebuah kunjungan lapangan yang dihadiri oleh perwakilan organisasi internasional dan pemerintah daerah di Kecamatan Suela, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB).


Kunjungan ini dihadiri oleh Mr. Greg, Managing Director BRAC International dari Washington DC, Amerika Serikat, yang didampingi oleh Dr. Syebukakar, Country Lead BRAC Indonesia. Mereka datang ke Desa Puncak Jeringo untuk menyaksikan secara langsung efektivitas pendekatan Graduasi yang diterapkan oleh Islamic Relief.


Menurut Dr. Syebukakar, pendekatan Graduasi memiliki tiga esensi pokok.


1. Pemenuhan kebutuhan dasar berupa perlindungan sosial, seperti bantuan tunai.

2. Dukungan peningkatan kapasitas usaha melalui pelatihan, pemantauan, dan pendampingan intensif selama kurang lebih tiga tahun.

3. Asset transfer, yaitu pemberian modal usaha yang disesuaikan dengan kapasitas masyarakat sasaran.


Sebagai tuan rumah, Nanang Subana Dirja, CEO Islamic Relief Indonesia, didampingi Prof. Muhamad Said, Ketua Dewan Pengawas Syariah, menyambut rombongan. Nanang menjelaskan bahwa model ini dikontekstualisasikan dengan menambahkan pendekatan Ekosistem Ekonomi Islam (EEI), mengingat sumber pendanaan utamanya berasal dari zakat muslim di Amerika, Kanada, Belanda, dan Inggris.


“Secara total, dana zakat yang dialokasikan mencapai Rp20 miliar lebih, yang digunakan untuk asset transfer bagi 3.000 keluarga miskin ekstrem di 5 provinsi di Indonesia, termasuk NTB,” ujar Nanang.


Prof. Muhammad Said menambahkan harapannya, “Kami berharap para mustahik (penerima zakat) ini dapat berubah menjadi muzakki (pembayar zakat). Kehidupan mereka dapat lebih Islami secara sosial budaya karena terbebas dari riba dan jeratan rentenir, sehingga usaha yang dirintis tidak hancur akibat jebakan pinjol (pinjaman online) dan judol (judi online).”


Komitmen pemerintah daerah diwakili oleh Wakil Bupati Lombok Timur, H. Muh Edwin Hadiwijaya, yang hadir untuk kedua kalinya dalam dua pekan. Ia menyatakan bahwa Lombok Timur, sebagai penyumbang angka kemiskinan ekstrem terbesar di NTB, berencana menerapkan program serupa dalam waktu dekat.


“Kembali ke lokasi proyek ini dan bertemu dengan BRAC di lapangan lebih baik daripada melakukan studi banding ke luar negeri yang berbiaya mahal,” ungkap Wabup Edwin. Ia juga mengungkapkan kunjungan sebelumnya bersama perwakilan Bappenas dan Kementerian Sosial RI untuk melihat langsung penerapan pendekatan ini.


Bukti kesuksesan program terlihat dari kunjungan ke Kelompok Mandiri (SHG) Amanah Bersama di Dusun Paok Kambut, Desa Puncak Jeringo. Setiap keluarga sasaran telah menerima pelatihan dan asset transfer senilai Rp7 juta pada Mei 2025, yang digunakan untuk membeli sapi dan kambing.


Hanya dalam lima bulan, aset ternak tersebut telah meningkat pesat hingga 50%. Sapi yang dibeli telah membesar dengan nilai estimasi Rp10-13 juta, sementara kambing yang awalnya 5 ekor telah berkembang biak menjadi 9 ekor. 


Kemajuan ini menunjukkan keterampilan beternak dan semangat untuk maju yang tinggi dari para penerima manfaat. Diharapkan pada akhir proyek di tahun 2027, setiap keluarga dapat memiliki hingga 30 ekor kambing.


Tentang Islamic Relief Indonesia:

Berkoperasi di Indonesia sejak 2003,Islamic Relief Indonesia resmi menjadi Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) pada awal 2025. 


Programnya mencakup pengentasan kemiskinan, perlindungan anak yatim, perumahan tahan gempa, air bersih dan sanitasi, pengelolaan bencana, penanggulangan stunting, serta program dakwah kemanusiaan. Dalam tiga tahun terakhir, Islamic Relief Indonesia telah menyalurkan dana hampir Rp200 miliar, termasuk dana zakat dari berbagai negara. (SN/02)