SUARANUSRA.COM - Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal menghadiri kegiatan Mimbar Rakyat yang digelar Cipayung Plus NTB pada Selasa (9/9) sore. Forum bertema “Suara Rakyat, dari Jalan ke Kebijakan, Apakah Didengar?” itu menjadi ruang penyampaian aspirasi organisasi-organisasi mahasiswa kepada pemerintah provinsi.
Dalam forum tersebut, mahasiswa menyuarakan sejumlah aspirasi, mulai dari peninjauan ulang perda terkait kendaraan dinas dan tunjangan anggota DPRD, keberpihakan anggaran untuk pengentasan kemiskinan ekstrem, hingga pengembangan sektor ekonomi di luar tambang. Selain itu, mereka juga menekankan pentingnya penerapan meritokrasi secara konsisten.
Menanggapi hal itu, Gubernur Iqbal menegaskan keterbukaannya terhadap kritik. Ia menekankan bahwa aspirasi mahasiswa sebelumnya yang disampaikan lewat aksi di depan Kantor Gubernur NTB pada 1 September lalu sudah diteruskan kepada Menteri Dalam Negeri tanpa ada perubahan. Ia juga menilai forum seperti Mimbar Rakyat menjadi wadah positif bagi mahasiswa untuk menyampaikan pandangan secara lebih terstruktur.
“Saya juga sebetulnya seneng kalau teman-teman menyampaikan aspirasi seperti ini. Dan secara terpisah sebenarnya di Cipayung Plus ini sudah beberapa kali bertemu dengan saya baik sebagai individu ataupun sebagai organisasi dan saya terbuka. Saya tidak anti kritik. Saya senang mendapatkan kritik, sebagai mantan aktivis seperti kalian juga,” tegasnya.
Selanjutnya, gubernur menegaskan bahwa ia meyakini istilah “power tends to corrupt”. Karena itu, fungsi kontrol melalui kritik sangat dibutuhkan dalam sistem demokrasi agar kekuasaan tidak berjalan tanpa pengawasan.
“Kekuasaan itu cenderung korupsi. Apalagi kalau tidak dijaga, apalagi kalau tidak dikritik. Kalau dia merasa diperhatikan, diawasi saja, itu akan mengurangi tendensi untuk korupsi. Insyaa Allah kita akan lakukan pertemuan, mungkin rutin, mungkin tidak, tetapi pasti akan ada pertemuan berikutnya teman-teman Cipayung Plus dengan saya. Silakan dijadwalkan nanti,” terang gubernur.
Gubernur kemudian menyoroti perkembangan demokrasi di Indonesia dengan membandingkannya dengan negara lain. Ia mencontohkan keterlibatan perempuan dalam politik di Indonesia yang dinilai lebih maju dibandingkan Amerika Serikat.
“Bahwa Indonesia ini punya kekurangan, betul. Banyak sekali kekurangannya. Tapi kita ini bangsa yang masih belajar. Usia kita ini belum 100 tahun, baru 80 tahun kita ini menikmati kemerdekaan setelah dijajah 3,5 abad,” ungkapnya. (SN/02)
Comments